Dalam Mimpi ada Hati yang di Titipkan
08.30
By
Unknown
TULISAN
0
komentar
Rektor UiTM Perlis and Delegates from Indonesia |
Tanggal 20 Januari 2013, takdir mempertemukanku kembali pada sebuah kesempatan dan kebanggaan. Dan untuk kesekian kalinya, selalu saja aku tak percaya bahwa ini benar-benar terjadi padaku.
Aku harus berangkat dari Bogor tanggal 19 Januari pukul 21.00, tapi sampai sore hari koperku masih tetap kosong. Segala hal yang harus dibawa juga belum aku persiapkan, sepatu pantofel, wearpack, jas lab, nametag, name card, dan beberapa hal lainnya.
Sore itu aku malah berkunjung ke tempat rekan ku yang juga akan berangkat, melihat-lihat dia mempersiapkan keberangkatan nanti malam sambil membaca majalah terbaru di kasurnya. Aku memang selalu begini, selalu saja lebih menyukai merenung dari pada melakukan banyak hal yang sebenarnya harus segera di tuntaskan.
Aku hanya ingin tenang. Bahkan seakan ingin berteriak-teriak saja semalaman atau lari-larian mengelilingi jalan setapak bumi sejauh yang aku bisa, hanya ingin mengatakan bahwa aku besok akan terbang ke luar negeri untuk kali kedua.
Kau pernah bermimpi kan? Seperti mimpi bahwa sore nanti akan dapat undian tak terduga berupa sebuah mobil CR-V silver, dan itu benar-benar terjadi. Ah, mungkin kalau belum pernah merasakan contoh serupa, analog ini tak begitu terbayang. Namun seperti itulah rasanya Blog.
Buatku, kesempatan mengikuti internship program ini adalah sesuatu yang besar dan buatku juga aku adalah sesuatu yang kecil. So sesuatu yang kecil mendapatkan sesuatu yang besar adalah fenomena menakjubkan. Begitulah setidaknya formasi rasa yang sekarang mengembun dalam dada.
Dalam mimpi ada hati yang di titipkan, sebanyak apa hati yang kita titipkan untuk si mimpi tercinta, seberapa yakin kita dengan mimpi itu. Kalau tak yakin namun ternyata benar-benar terjadi, mungkin jadinya akan seperti ku yang berguman tak percaya berulang kali, menepuk-nepuk pipi memastikan kalau ini bukan mimpi. Dan jutaan rasa lainnya, bahwa satu hal yang mampu diterjemahkan dengan baik oleh pikiran, bahwa hidup itu indah seindah diri kita saat ini.
Dulu, semasa kita pernah ikut lomba matematika mewakilli SD, atau lomba adzan pada saat perayaan maulid Nabi Muhammad, panggilan giliran tidak hanya nama kita saja, tapi juga SD almamater dimana kita sekolah. Di arena perlombaan akan banyak sekali peserta lomba, dan saat kita berkenalan maka minimal ada dua hal yang ditanya, "siapa namamu?" dan "dari sekolah mana?". So, baik buruknya prestasi dan tingkah laku kita selama di perlombaan itu, maka tak akan jauh beda penilaian orang tentang sekolah seperti dia menilai kita.
Dulu juga, saat mewakili kota atau bahkan provinsi dalam ajang olimpiade sains dan pekan olahraga, kadang malah menyebutkan kota atau provinsi asal sebelum menyebutkan nama atlet. U know, saat itu harga diri, prestasi, nama baik kota/provinsi itu ada di tangan altlet. Kurang lebih seperti itu makna dari kontibusi menjaga nama baik almamater.
Aku sadar akan hal ini, sadar saat sore itu bahwa besok aku akan mengenalkan nama dan negara. menyebutkan nama dan negaraku selepas dia menyebutkan nama dan negaranya. kami bilang India ramah karena orang India yang kami temui memang ramah. Atau Thailand, mereka senang membatu karena itulah yang memang kami dapatkan dari kawan Thailand. Dan seperti apa Indonesia? Jawabannya ada di mereka, sepulang kawan kami kembali ke negaranya masing-masing, mereka akan menceritakan Indonesia sebagaimana yang mereka dapatkan dari kami.
Mak, ini anakmu yang sudah berusaha membawa nama negara berkat tahajudmu, berkat semua doa-doamu. Thanks for amazing Mom. Thanks for UiTM Perlis for a great experience and others. Thanks for SEAASS-Net, Life Must Go On. Mari melanjutkan kembali.
0 komentar: