Bogor-Sukabumi, Jarak Terjauh Para Peneliti Puyuh
21.06
By
Unknown
0
komentar
Minggu, 28 April 2013. Ini kali pertama aku datang ke Sukabumi. daerah yang bersebelahan dengan kota sarjanaku, Bogor. Pukul 06.00 pagi aku sudah membaca bismillah untuk memulai perjalanan ini. Aku punya motor, jupiter cw keluaran tahun 2011 warnanya biru hitam. Sejak dua tahun lalu jupiter ini selalu menemani kemana aku pergi, mungkin hanya satu dua tempat aku tidak bersamanya. Tapi kali ini dia sedang tidak fit, jadi aku rental motor untuk mengadakan perjalanan panjang ini.
Sukabumi adalah tempat aku melakukan penelitian. Penelitian tentang sejauh mana reaksi penggunaan tepung lidah buaya sebagai antibiotik untuk meningkatkan performa puyuh. Penelitian ini aku lakukan karena secara kebetulan proposal dari program kreativitas mahasiswa-ku lolos. Tidak sendirian, tapi berkelompok. Aku punya 4 partner lain. Penelitian ini memang bukan riset besar, ini hanya riset kecil-kecilan, riset sederhana yang memang hanya bisa dilakukan untuk mahasiswa standar strata satu. Dan memang, aku dan teman-teman se tim ku bukan satu-satunya yang beruntung. Tapi ada ribuan proposal yang juga di acc oleh DIKTI untuk diizinkan menjalankan proposal-proposal mereka.
Tapi aku punya mimpi lain dari penelitian ini, kau tahu kalau tidak banyak orang di Indonesia ini yang paham tentang farm? tentang dunia peternakan maksudku. Tapi sekatang ini, pengusaha peternakan semakin booming, investasi penggemukan unggas marak dimana-mana. namun ada satu hal yang tidak terlihat, pakar dari semua ini sedikit. Dan lebih sedikit lagi yang bisa dan mau untuk terjun mendalami dunia antibiotik.
Tim-ku membuat antibiotik alami, pengganti dari antibiotik sintetis yang sampai saat ini masih laris di Indonesia. Antibiotik ini dari tepung lidah buaya. Kami sudah menguji kualitas dan kandungan Aloe vera ini. Nilai plus-nya, antibiotik alami ini tidak meninggalkan residu ke ternak yang mengonsumsinya. Kalau antibiotik sintetis itu jelas akan meninggalkan residu ke ternak, entah itu mengumpul di hati, ataupun menyebar ke daging, walaupun kita tidak tau berapa kadar toleransinya, tapi aku pikir menggunakan yang herbal itu jelas lebih baik.
U know, Swiss dan Denmark sudah tahun-tahun lalu melarang penyebaran ternak yang menggunakan antibiotik sintetis, karena mereka takut kalau atibiotik itu malah masuk ke tubuh mereka lewat daging ternak yang mereka makan.
Besok-besok kita akan melihat lebih dalam lagi pengaruh dari penelitian tim puyuh-ku. Doakan kami sukses. Sukses melewati tahap pertama sebagai peneliti abal-abal, untuk menjadi peneliti profesional.
Doakan kami juga supaya selalu fit banget di setiap akhir pekan, karena setiap minggu juga kami harus menempuh Bogor-Sukabumi untuk memantau puyuh kami tercinta.
Protein hewani, cerdaskan bangsa.!!
Sukabumi adalah tempat aku melakukan penelitian. Penelitian tentang sejauh mana reaksi penggunaan tepung lidah buaya sebagai antibiotik untuk meningkatkan performa puyuh. Penelitian ini aku lakukan karena secara kebetulan proposal dari program kreativitas mahasiswa-ku lolos. Tidak sendirian, tapi berkelompok. Aku punya 4 partner lain. Penelitian ini memang bukan riset besar, ini hanya riset kecil-kecilan, riset sederhana yang memang hanya bisa dilakukan untuk mahasiswa standar strata satu. Dan memang, aku dan teman-teman se tim ku bukan satu-satunya yang beruntung. Tapi ada ribuan proposal yang juga di acc oleh DIKTI untuk diizinkan menjalankan proposal-proposal mereka.
Tapi aku punya mimpi lain dari penelitian ini, kau tahu kalau tidak banyak orang di Indonesia ini yang paham tentang farm? tentang dunia peternakan maksudku. Tapi sekatang ini, pengusaha peternakan semakin booming, investasi penggemukan unggas marak dimana-mana. namun ada satu hal yang tidak terlihat, pakar dari semua ini sedikit. Dan lebih sedikit lagi yang bisa dan mau untuk terjun mendalami dunia antibiotik.
Tim-ku membuat antibiotik alami, pengganti dari antibiotik sintetis yang sampai saat ini masih laris di Indonesia. Antibiotik ini dari tepung lidah buaya. Kami sudah menguji kualitas dan kandungan Aloe vera ini. Nilai plus-nya, antibiotik alami ini tidak meninggalkan residu ke ternak yang mengonsumsinya. Kalau antibiotik sintetis itu jelas akan meninggalkan residu ke ternak, entah itu mengumpul di hati, ataupun menyebar ke daging, walaupun kita tidak tau berapa kadar toleransinya, tapi aku pikir menggunakan yang herbal itu jelas lebih baik.
U know, Swiss dan Denmark sudah tahun-tahun lalu melarang penyebaran ternak yang menggunakan antibiotik sintetis, karena mereka takut kalau atibiotik itu malah masuk ke tubuh mereka lewat daging ternak yang mereka makan.
Besok-besok kita akan melihat lebih dalam lagi pengaruh dari penelitian tim puyuh-ku. Doakan kami sukses. Sukses melewati tahap pertama sebagai peneliti abal-abal, untuk menjadi peneliti profesional.
Doakan kami juga supaya selalu fit banget di setiap akhir pekan, karena setiap minggu juga kami harus menempuh Bogor-Sukabumi untuk memantau puyuh kami tercinta.
Protein hewani, cerdaskan bangsa.!!
0 komentar: