Masihkah Indonesia Sebuah Negara?
Postingan yang satu ini berasal dari tulisanku yang dimuat di media online. Sama saja sebenarnya, bisa juga membaca di majalah selangkah.com , Inspirasinya aku dapat dari buku super nan pembakar semangat yang dikarang Pak Amien Rais yang berjudul Agenda-agenda Mendesak Bangsa. Let's check it out.
Kutuliskan sesuatu untuk negeriku, dengan pengetahuan yang sangat 
dangkal dan tanpa memunyai kekuasaan sedikit pun untuk bermain regulasi 
kecuali dengan mengabarkan seluas-luasnya ke seluruh penjuru bumi 
Indonesia. Hanya bermodalkan membaca buku, artikel, berita, dan semua 
hal informasi yang ada, saya ingin menyampaikan sedikit opini sekaligus 
permohonan kepada bapak-bapakku di gedung DPR RI sebagai lembaga 
legislatif, atau bapak-bapakku di istana negara atau di seluruh kantor 
kementrian sebagai lembaga eksekutif, terkhusus bapakku tercinta Dr. 
Susilo Bambang Yudhoyono, Mr.President. Para pemilik kekuasaan 
di berbagai korporasi yang sudah bosan mengumpulkan harta saking 
banyaknya, para intelektual dan ilmuan yang peduli dengan tanah yang 
kita pijak saat ini hingga nanti, dan seluruh keluarga besar bangsa  
Indonesia.  Hanya ini sementara yang bisa aku berikan untuk negeri, 
kalimat-kalimat untuk bangsaku. Save Indonesia!
Indonesia saat ini sangat terpuruk untuk beberapa hal, jatuh yang 
teramat dalam. Seperti keledai lemah yang tak mampu bangkit berdiri, 
sementara lehernya ditarik dengan tali oleh bangsa asing. Saya hanya 
ingin mengutarakan satu hal. Satu hal yang hanya diketahui oleh sedikit 
masyarakat Indonesia. Yaitu, di daerah paling timur negri ini, daerah 
yang dipandang sebelah mata menurutku, sebuah kejahatan besar telah 
terjadi sejak masa silam dan sepertinya akan terus-menerus dilakukan. 
Daerah PAPUA. Daerah yang kita tau kurang mendapat perhatian lebih dari 
pemerintah, tak ada data konkret yang bisa saya sampaikan, tapi dengan 
melihat populasi yang sedikit dari daerah yang begitu luas, bisa 
diketahui sangat kurang diperhatikan pemerintah karena pelayanan yang 
lebih prima diberikan untuk daerah-daerah yang besar dan strategis saja.
 Sementara, pembangunan dan peningkatan kesejahteraan yang amat lambat 
di sana.
Di sana terjadi kejahatan besar yang menggila, lebih jahat dari 
pembunuhan mutilasi, lebih korup dari total kasus korupsi yang pernah 
ada di negeri ini. Karena di sana seperti daerah yang dilupakan 
pemerintah walau boleh jadi setengah kekayaan alam Indonesia berada di 
sana. Kejahatan itu ialah penambangan SDA di Papua yang dilakukan oleh 
PT Freeport. Kejahatan mahadahsyat yang dilakukan bangsa asing. PT 
Freeport adalah perusahaan tambang emas yang berasal dari Amerika 
Serikat. PT Freeport melakukan kejahatan multidimensional, kejahatan 
lingkungan, kejahatan kemanusiaan, kejahatan ekonomi, kejahatan hukum, 
kejahatan kedaulatan bangsa, dan kejahatan politik.
Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) dan Jaringan Advokasi 
Tambang (JATAM) beberapa kali memberikan peringatan kepada pemerintah 
untuk menghentikan kejahatan PT Freeport.  Jeritan penduduk Papua dan 
simpatisan di daerah lain seperti Jakarta oleh kaum-kaum yang peduli 
dianggap sebagai basa-basi dan sekedar ributan kecil saja. Seolah 
berkata pada PT Freeport, “Tenang saja Freeport, lanjutkan saja 
pengerukan SDA di sana, masyarakatku gak tau apa-apa kok, paling hanya 
kritikan yang tak bermakna”.
Kejahatan pertama. PT Freport menyingkirkan pesaing utamanya yaitu 
Phelps Dogde Corp dengan membeli sahamnya senilai $ 25,9 milyar atau 
setara dengan 234 trilyun rupiah. 70% dibayarkan tunai dan sisanya 
dengan pinjaman bank. Jaminan dari kredit bank tersebut adalah cadangan 
SDA yang ada di perut bumi Papua. Inilah kejahatan terang-terangan yang 
dilakukan oleh PT Freeport, bangsa kita yang seharusnya memiliki aset 
SDA ini tak berkutik saat PT Freeport seperti yang memiliki Indonesia. 
Drama ini sangat menghina bangsa kita, kesalahan proses akuisisi Phelps 
Dogde Corp dengan terang menjelaskan bahwa  pemerintah Indonesia bodoh, 
pincang, dan tak punya power. Bagaimana mungkin transaksi besar seperti 
ini bisa dilakukan seenaknya saja oleh asing dan Indonesia seperti 
 keledai di bawah alas kaki PT Freeport. Di mana Presiden Susilo Bambang
 Yudhoyono yang juga mantan Menteri Pertambangan RI? Beliau pasti paham 
kondisi ini. Tapi, kenapa masih saja terjadi, masihkah Indonesia sebuah 
negara?
Kejahatan kedua. PT Freeport mengeruk ribuan ton bongkahan gunung 
Jaya Wijaya dengan mengambil mineral emas perak dan lainnya, sementara 
limbahnya dilempar begitu saja di sekitar lembah. Tercatat 250 km2lahan rusak akibat limbah yang dihasilkan perusahaan penjajah itu.
Kejahatan ketiga. PT Freeport menutup akses pemerintah pusat dan 
pemerintah daerah dari informasi berapa volume bakal emas, perak, dan 
tembaga yang dilempar Freeport ke luar negeri. Bahkan, seakan-akan PT 
Freeport lebih seperti negara dibandingkan Indonesia sendiri.
Setidaknya, saudara-saudara kita di Papua lebih rajin menjerit 
ketimbang tertawa, lebih sering kelaparan ketimbang kekenyangan. Tak ada
 yang memastikan kapan mereka pergi dari tanah Indonesia, sejak 1973 
kontrak keberlangsungan proyek penambangan terus dilakukan dan kontrak 
karya II disetujui oleh pemerintah Indonesia hingga 2036.  Indonesia 
takut keluar dari tekanan kontrak kerjasama tersebut. Dan, selama tidak 
ada kejelasan dari pemerintah maka selama itu pula Papua akan terus 
hidup dalam ketidakjelasan. Save Indonesia! Pray for Indonesia!
 22.46
22.46
 By
          Unknown
          By
          Unknown
 
 


 








0 komentar: