Masihkah Indonesia Sebuah Negara?
22.46
By
Unknown
TULISAN
0
komentar
Postingan yang satu ini berasal dari tulisanku yang dimuat di media online. Sama saja sebenarnya, bisa juga membaca di majalah selangkah.com , Inspirasinya aku dapat dari buku super nan pembakar semangat yang dikarang Pak Amien Rais yang berjudul Agenda-agenda Mendesak Bangsa. Let's check it out.
Kutuliskan sesuatu untuk negeriku, dengan pengetahuan yang sangat
dangkal dan tanpa memunyai kekuasaan sedikit pun untuk bermain regulasi
kecuali dengan mengabarkan seluas-luasnya ke seluruh penjuru bumi
Indonesia. Hanya bermodalkan membaca buku, artikel, berita, dan semua
hal informasi yang ada, saya ingin menyampaikan sedikit opini sekaligus
permohonan kepada bapak-bapakku di gedung DPR RI sebagai lembaga
legislatif, atau bapak-bapakku di istana negara atau di seluruh kantor
kementrian sebagai lembaga eksekutif, terkhusus bapakku tercinta Dr.
Susilo Bambang Yudhoyono, Mr.President. Para pemilik kekuasaan
di berbagai korporasi yang sudah bosan mengumpulkan harta saking
banyaknya, para intelektual dan ilmuan yang peduli dengan tanah yang
kita pijak saat ini hingga nanti, dan seluruh keluarga besar bangsa
Indonesia. Hanya ini sementara yang bisa aku berikan untuk negeri,
kalimat-kalimat untuk bangsaku. Save Indonesia!
Indonesia saat ini sangat terpuruk untuk beberapa hal, jatuh yang
teramat dalam. Seperti keledai lemah yang tak mampu bangkit berdiri,
sementara lehernya ditarik dengan tali oleh bangsa asing. Saya hanya
ingin mengutarakan satu hal. Satu hal yang hanya diketahui oleh sedikit
masyarakat Indonesia. Yaitu, di daerah paling timur negri ini, daerah
yang dipandang sebelah mata menurutku, sebuah kejahatan besar telah
terjadi sejak masa silam dan sepertinya akan terus-menerus dilakukan.
Daerah PAPUA. Daerah yang kita tau kurang mendapat perhatian lebih dari
pemerintah, tak ada data konkret yang bisa saya sampaikan, tapi dengan
melihat populasi yang sedikit dari daerah yang begitu luas, bisa
diketahui sangat kurang diperhatikan pemerintah karena pelayanan yang
lebih prima diberikan untuk daerah-daerah yang besar dan strategis saja.
Sementara, pembangunan dan peningkatan kesejahteraan yang amat lambat
di sana.
Di sana terjadi kejahatan besar yang menggila, lebih jahat dari
pembunuhan mutilasi, lebih korup dari total kasus korupsi yang pernah
ada di negeri ini. Karena di sana seperti daerah yang dilupakan
pemerintah walau boleh jadi setengah kekayaan alam Indonesia berada di
sana. Kejahatan itu ialah penambangan SDA di Papua yang dilakukan oleh
PT Freeport. Kejahatan mahadahsyat yang dilakukan bangsa asing. PT
Freeport adalah perusahaan tambang emas yang berasal dari Amerika
Serikat. PT Freeport melakukan kejahatan multidimensional, kejahatan
lingkungan, kejahatan kemanusiaan, kejahatan ekonomi, kejahatan hukum,
kejahatan kedaulatan bangsa, dan kejahatan politik.
Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) dan Jaringan Advokasi
Tambang (JATAM) beberapa kali memberikan peringatan kepada pemerintah
untuk menghentikan kejahatan PT Freeport. Jeritan penduduk Papua dan
simpatisan di daerah lain seperti Jakarta oleh kaum-kaum yang peduli
dianggap sebagai basa-basi dan sekedar ributan kecil saja. Seolah
berkata pada PT Freeport, “Tenang saja Freeport, lanjutkan saja
pengerukan SDA di sana, masyarakatku gak tau apa-apa kok, paling hanya
kritikan yang tak bermakna”.
Kejahatan pertama. PT Freport menyingkirkan pesaing utamanya yaitu
Phelps Dogde Corp dengan membeli sahamnya senilai $ 25,9 milyar atau
setara dengan 234 trilyun rupiah. 70% dibayarkan tunai dan sisanya
dengan pinjaman bank. Jaminan dari kredit bank tersebut adalah cadangan
SDA yang ada di perut bumi Papua. Inilah kejahatan terang-terangan yang
dilakukan oleh PT Freeport, bangsa kita yang seharusnya memiliki aset
SDA ini tak berkutik saat PT Freeport seperti yang memiliki Indonesia.
Drama ini sangat menghina bangsa kita, kesalahan proses akuisisi Phelps
Dogde Corp dengan terang menjelaskan bahwa pemerintah Indonesia bodoh,
pincang, dan tak punya power. Bagaimana mungkin transaksi besar seperti
ini bisa dilakukan seenaknya saja oleh asing dan Indonesia seperti
keledai di bawah alas kaki PT Freeport. Di mana Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono yang juga mantan Menteri Pertambangan RI? Beliau pasti paham
kondisi ini. Tapi, kenapa masih saja terjadi, masihkah Indonesia sebuah
negara?
Kejahatan kedua. PT Freeport mengeruk ribuan ton bongkahan gunung
Jaya Wijaya dengan mengambil mineral emas perak dan lainnya, sementara
limbahnya dilempar begitu saja di sekitar lembah. Tercatat 250 km2lahan rusak akibat limbah yang dihasilkan perusahaan penjajah itu.
Kejahatan ketiga. PT Freeport menutup akses pemerintah pusat dan
pemerintah daerah dari informasi berapa volume bakal emas, perak, dan
tembaga yang dilempar Freeport ke luar negeri. Bahkan, seakan-akan PT
Freeport lebih seperti negara dibandingkan Indonesia sendiri.
Setidaknya, saudara-saudara kita di Papua lebih rajin menjerit
ketimbang tertawa, lebih sering kelaparan ketimbang kekenyangan. Tak ada
yang memastikan kapan mereka pergi dari tanah Indonesia, sejak 1973
kontrak keberlangsungan proyek penambangan terus dilakukan dan kontrak
karya II disetujui oleh pemerintah Indonesia hingga 2036. Indonesia
takut keluar dari tekanan kontrak kerjasama tersebut. Dan, selama tidak
ada kejelasan dari pemerintah maka selama itu pula Papua akan terus
hidup dalam ketidakjelasan. Save Indonesia! Pray for Indonesia!
0 komentar: