Semua Bernilai, Apapun itu
15.14
By
Unknown
TULISAN
0
komentar
Mengapa kita harus menjalani
kehidupan yang seperti ini?
Tidak semua orang beruntung,
mengetahui apa sebab akibat dari setiap kejadian yang dihadapinya.
Tidak banyak orang yang tahu apa
sebab akibat dari setiap keputusan hidup yang diambilnya, apa sebab akibat dari
kehidupannya yang mungkin dia pikir selama ini biasa-biasa saja, tidak berguna,
atau menyakitkan malah.
Sejatinya, dengan mengerti bahwa
setiap potongan hidup ini penting, maka seseorang tidak akan banyak bertanya
tentang apa sebab akibat dari setiap kejadian yang dihadapinya.
Siklus sebab akibat itu sudah
ditentukan. Tidak ada yang bisa
merubahnya kecuali satu: yaitu kebaikan. Kebaikan yang bisa merubah takdir.
Seseorang yang memahami siklus
sebab akibat itu, seseorang yang tahu bahwa kebaikan bisa merubah siklulsnya,
maka dia akan selalu mengisi kehidupannya dengan perbuatan baik. Mungkin semua
apa yang dilakukannya terlihat tidak ada harganya bagi orang lain, tapi dia
tetap mengisinya sebaik mungkin.
Apakah hidup ini adil?
Hanya satu cara untuk berkenalan
dengan bentuk-bentuk keadilan. Selalu
berprasangka baik. Berharap sedikit, memberi banyak. Maka kita akan siap
menerima segala bentuk keadilan Tuhan.
Kita bisa menukar banyak hal
menyakitkan yang dilakukan orang lain dengan sesuatu yang lebih hakiki. Rasa sakit yang timbul
karena perbuatan aniaya dan menyakitkan dari orang lain itu hanya sementara.
Pemahaman dan penerimaan tulus dari kejadain yang menyakitkan itulah yang
abadi.
Kenapa Tuhan mengambil sesuatu
yang menyenangkan dari hambanya?
Semua kehilangan itu menyakitkan.
Apapun bentuknya kehilangan itu.
"Cara terbaik memahaminya adalah selalu dari
sisi yang meninggalkan. Bukan dari sisi
yang ditinggalkan".(TereLiye)
Seseorang yang memiliki tujuan
hidup maka baginya tidak akan ada pertanyaan tentang itu. Baginya semua proses
yang dialami menyakitkan atau menyenangkan semua untuk menjemput tujuan hidup.
Mengapa kita selalu merasa tidak
puas dengan apa yang kita punya, semuanya terasa kosong, terasa hampa?
Itulah beda antara orang-orang
yang keterlaluan mencintai dunia dengan orang-orang yang bijak menyikapi
hidupnya. Orang yang terus merasa hidupnnya kurang maka dia tidak akan pernah
merasa puas. Tapi orang-orang bijak orang-orang yang berhasil menghaluskan
hatinya secemerlang mungkin, membuat hatinya bagai cermin maka dia bisa
merasakan kebahagiaan melebihi orang terkaya sekalipun.
0 komentar: