Minggu, 09 November 2014

Aku Memang Lain

Aku memang lain. Lain dalam arti yg sebenarnya.
Saat masa-masa putih abu2 misalnya, aku memang lain dari biasanya. Celana sekolahku biru muda, lain dengan warna normal yg biasa digunakan teman-temanku warna abu.

Aku memang lain. Lain dalam arti yg sebenarnya yaitu berbeda dengan kebanyakan.
Saat rapat atau kumpul2 dimasa kuliah misalnya, aku lebih memilih berdiri disaat semua rekan-rekan duduk.

Aku memang lain. Tidak suka dengan pola keseragaman. Aku suka melakukan hal yang beda. Suka aja.

Aku memang lain. Itu kenapa aku selalu ingin menjadi speaker, leader, delegator, dan macam lainnya. Berusaha menjadi satu2nya fokus utama.

Siang ini, aku mencari suratku yang hilang. Sudah ku ubek2 file2 di laptop biru kecilku namun tak kunjung ketemu. Surat yang kutulis di semester 7. Surat untuk rektor di kampusku dulu. Surat kontroversial yang sampai masuk ke Republika online dengan lebih dari 5 ribu pembaca dalam waktu 2 jam. Menurutku, aku bisa sampai melakukan itu karena aku memang lain. Disaat kebanyakan teman2 menggunakan rule yang ada, aku malah menggunakab jalur lain, menulis surat.

Aku memang lain. Tapi tentu saja aku tidak sendirian. Banyak orang-orang unik di dunia ini. Mereka disangka gila seperti Einstein.
Mereka dicemooh karena miskin seperti Yan.
Tapi menakjubkan saat justeru kelakuan orang2 lain ini menjadi percontohan.

Tidak ada yang salah. Sejauh kita tau mengapa alasan mereka memilih jalan yang berbeda. Sejauh kita punya toleransi.

0 komentar:

Social Profiles

Facebook

Translate

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified