Kamis, 03 Januari 2013

Masihkah Indonesia Sebuah Negara?


Postingan yang satu ini berasal dari tulisanku yang dimuat di media online. Sama saja sebenarnya, bisa juga membaca di majalah selangkah.com , Inspirasinya aku dapat dari buku super nan pembakar semangat yang dikarang Pak Amien Rais yang berjudul Agenda-agenda Mendesak Bangsa. Let's check it out.

Kutuliskan sesuatu untuk negeriku, dengan pengetahuan yang sangat dangkal dan tanpa memunyai kekuasaan sedikit pun untuk bermain regulasi kecuali dengan mengabarkan seluas-luasnya ke seluruh penjuru bumi Indonesia. Hanya bermodalkan membaca buku, artikel, berita, dan semua hal informasi yang ada, saya ingin menyampaikan sedikit opini sekaligus permohonan kepada bapak-bapakku di gedung DPR RI sebagai lembaga legislatif, atau bapak-bapakku di istana negara atau di seluruh kantor kementrian sebagai lembaga eksekutif, terkhusus bapakku tercinta Dr. Susilo Bambang Yudhoyono, Mr.President. Para pemilik kekuasaan di berbagai korporasi yang sudah bosan mengumpulkan harta saking banyaknya, para intelektual dan ilmuan yang peduli dengan tanah yang kita pijak saat ini hingga nanti, dan seluruh keluarga besar bangsa  Indonesia.  Hanya ini sementara yang bisa aku berikan untuk negeri, kalimat-kalimat untuk bangsaku. Save Indonesia!

Indonesia saat ini sangat terpuruk untuk beberapa hal, jatuh yang teramat dalam. Seperti keledai lemah yang tak mampu bangkit berdiri, sementara lehernya ditarik dengan tali oleh bangsa asing. Saya hanya ingin mengutarakan satu hal. Satu hal yang hanya diketahui oleh sedikit masyarakat Indonesia. Yaitu, di daerah paling timur negri ini, daerah yang dipandang sebelah mata menurutku, sebuah kejahatan besar telah terjadi sejak masa silam dan sepertinya akan terus-menerus dilakukan. Daerah PAPUA. Daerah yang kita tau kurang mendapat perhatian lebih dari pemerintah, tak ada data konkret yang bisa saya sampaikan, tapi dengan melihat populasi yang sedikit dari daerah yang begitu luas, bisa diketahui sangat kurang diperhatikan pemerintah karena pelayanan yang lebih prima diberikan untuk daerah-daerah yang besar dan strategis saja. Sementara, pembangunan dan peningkatan kesejahteraan yang amat lambat di sana.

Di sana terjadi kejahatan besar yang menggila, lebih jahat dari pembunuhan mutilasi, lebih korup dari total kasus korupsi yang pernah ada di negeri ini. Karena di sana seperti daerah yang dilupakan pemerintah walau boleh jadi setengah kekayaan alam Indonesia berada di sana. Kejahatan itu ialah penambangan SDA di Papua yang dilakukan oleh PT Freeport. Kejahatan mahadahsyat yang dilakukan bangsa asing. PT Freeport adalah perusahaan tambang emas yang berasal dari Amerika Serikat. PT Freeport melakukan kejahatan multidimensional, kejahatan lingkungan, kejahatan kemanusiaan, kejahatan ekonomi, kejahatan hukum, kejahatan kedaulatan bangsa, dan kejahatan politik.

Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) dan Jaringan Advokasi Tambang (JATAM) beberapa kali memberikan peringatan kepada pemerintah untuk menghentikan kejahatan PT Freeport.  Jeritan penduduk Papua dan simpatisan di daerah lain seperti Jakarta oleh kaum-kaum yang peduli dianggap sebagai basa-basi dan sekedar ributan kecil saja. Seolah berkata pada PT Freeport, “Tenang saja Freeport, lanjutkan saja pengerukan SDA di sana, masyarakatku gak tau apa-apa kok, paling hanya kritikan yang tak bermakna”.

Kejahatan pertama. PT Freport menyingkirkan pesaing utamanya yaitu Phelps Dogde Corp dengan membeli sahamnya senilai $ 25,9 milyar atau setara dengan 234 trilyun rupiah. 70% dibayarkan tunai dan sisanya dengan pinjaman bank. Jaminan dari kredit bank tersebut adalah cadangan SDA yang ada di perut bumi Papua. Inilah kejahatan terang-terangan yang dilakukan oleh PT Freeport, bangsa kita yang seharusnya memiliki aset SDA ini tak berkutik saat PT Freeport seperti yang memiliki Indonesia. Drama ini sangat menghina bangsa kita, kesalahan proses akuisisi Phelps Dogde Corp dengan terang menjelaskan bahwa  pemerintah Indonesia bodoh, pincang, dan tak punya power. Bagaimana mungkin transaksi besar seperti ini bisa dilakukan seenaknya saja oleh asing dan Indonesia seperti  keledai di bawah alas kaki PT Freeport. Di mana Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang juga mantan Menteri Pertambangan RI? Beliau pasti paham kondisi ini. Tapi, kenapa masih saja terjadi, masihkah Indonesia sebuah negara?

Kejahatan kedua. PT Freeport mengeruk ribuan ton bongkahan gunung Jaya Wijaya dengan mengambil mineral emas perak dan lainnya, sementara limbahnya dilempar begitu saja di sekitar lembah. Tercatat 250 km2lahan rusak akibat limbah yang dihasilkan perusahaan penjajah itu.
Kejahatan ketiga. PT Freeport menutup akses pemerintah pusat dan pemerintah daerah dari informasi berapa volume bakal emas, perak, dan tembaga yang dilempar Freeport ke luar negeri. Bahkan, seakan-akan PT Freeport lebih seperti negara dibandingkan Indonesia sendiri.

Setidaknya, saudara-saudara kita di Papua lebih rajin menjerit ketimbang tertawa, lebih sering kelaparan ketimbang kekenyangan. Tak ada yang memastikan kapan mereka pergi dari tanah Indonesia, sejak 1973 kontrak keberlangsungan proyek penambangan terus dilakukan dan kontrak karya II disetujui oleh pemerintah Indonesia hingga 2036.  Indonesia takut keluar dari tekanan kontrak kerjasama tersebut. Dan, selama tidak ada kejelasan dari pemerintah maka selama itu pula Papua akan terus hidup dalam ketidakjelasan. Save Indonesia! Pray for Indonesia!

0 komentar:

Social Profiles

Facebook

Translate

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified