Senin, 07 Januari 2013

One Night for Us- Cie cie

COBA lihat photo diatas. Apa yang kau pikirkan? Malam. Boleh jadi, karena disana gak nampak setitik sinar matahari yang mencoba berbaur dengan photo itu. Gelap. Bisa juga, kalau terang mungkin pemaknaan lilin yang melingkar tak rapi itu akan sia-sia, karena hanya saat gelap datang lilin akan berperan, pemain utama, penting dan mendesak. Atau Sedih. Hmmm...mungkin iya, karena jelas lilin-lilin cantik itu hadir bukan maksud mereka membutuhkan cahaya, coba kau lihat potongan jendela kecil disana, ada cahaya berpendar bukan? seperti sorot lampu motor atau mungkin juga lampu taman. Jadi mereka sengaja menyalakan mungkin untuk mencari keheningan, dan dari keheningan, mudah sekali sedih itu berkunjung menyerta.

Jadi, pemaknaan apa yang cocok? Kebersamaan, maybe? Boleh juga. Karena itu anak-anak yang menyalakan lilin terlihat kompak serempak duduk melingkar, saling tengok kanan kiri untuk memastikan lilin sebelah udah nyala atau belum, udah kebagian lilin, atau mungkin aja untuk tau apakah teman sebelah dapat space duduk yang pas.

One more, interpretasi apa yang kita kasih buat satu photo diatas? Cukup satu kata. Apa? (bukan kata 'apa' loh ya, haha).

Satu kata yang mungkin, yang pasti mereka di ruangan itu sama sepakatnya dengan ini. Keluarga. Iya bukaan? hihi. Oke blog, kau tau siapa yang ada di foto itu? Siapa mereka semua? Mereka itu adalah keluarga. Keluarga yang berkumpul di tengah keheningan, dengan kegelapan yang sengaja mereka buat malam itu. Sedih tidak? Wah, mungkin iya mungkin juga tidak. Tapi aku katakan saja sedih, karena tangis malam itu bersaut-sautan, sambung menyambung seperti pesta kembang api minggu lalu. Keluarga itu adalah CSS MoRA 47. Community of Santry Scholars of Ministry of Religious Affairs angkatan 47. Kami menamainya dengan cie-cie. (Loh, kok kami?. Iya, karena aku bagian di dalamnya blog, hihi). Nanti-lah, aku buatkan satu page kenapa nama cie-cie itu bisa menjadi nama angkatan kami.

Opening story-keluarga kecil ini di mulai sejak 5 Juni 2010. Itu bukan tanggal dimana kami pertama kali dipertemukan, tapi tanggal saat kami resmi menjadi peserta matrikulasi beasiswa Kementrian Agama RI. Jumlah kami 60 orang, 22 laki-laki dan 38 perempuan. Saat itu jumlah kami belum genap 60, karena masih ada yang belum datang sampai 4 hari kedepan. Hari-hari pertama kala itu sangat spesial blog. Karena masih tersisa rasa-rasa bangga menjadi salah satu dari 60 orang beruntung ini. Aku bilang beruntung karena beasiswa ini diperebutkan mencapai 6 ribu orang untuk 10 PTN terbaik di Indonesia. Beasiswa full study + biaya hidup bulanan. Harusnya kami bisa untuk tidak membebani orang tua, tapi nyatanya sekali dua kali tetap butuh kiriman dari rumah.

Kami adalah santri. Beasiswa ini memang buat santri-santri yang tersebar di pesantren se-Indonesia. So, mungkin jiwa santri yang kental akan rasa kebersamaan itu yang bakal mengawali cerita panjang ini blog. Potongan-potongan ini mungkin akan lengkap esok atau lusa, atau tahun depan malah. Aku hanya ingin bercerita tentang malam itu saja, malam yang sempat aku abadikan dengan kamera hp nokia 5130c ku dulu. Resolusi dan fokus yang buruk, hehe. :)

Malam itu adalah malam perpisahan. Sudah dua bulan lamanya kami bersama di Wisma Amarilis, IPB Dramaga. Menjalani masa matrikulasi bersama. Kuliah bareng, makan bareng, berangkat dan pulang kuliah bareng, belajar dan bermain bareng, hingga jalan-jalan keliling bogor bareng.

Malam itu adalah malam terakhir kami bisa menempati wisma itu secara gratis. Esoknya harus angkat kaki dan pindah ke komunitas yang lebih merakyat-amarilis adalah penginapan yang cukup elite disini. kami harus pindah ke asrama TPB, yang di khususkan untuk mahasiswa tingkat I. Kurang 1 seingatku, kawanku Luqmanul Hakim tidak menyertai kami. Dia belum balik setelah izin pulang beberapa hari sebelum malam itu. Jadi hanya ada kami ber-59 dan 4 orang pendamping kami. Pendamping terdahsyat yang mengajarkan banyak hal, yang membuat kami bisa jadi seperti sekarang (memangnya sekarang kayak apa -_- ,haha:p). Kak Adi Putra Daulay, Kak Eko Prabowo, Teh Selma, dan Mba Saidah. Thanksful banget bisa dibimbing mereka.

Malam itu adalah kenangan. Ceritanya malam itu di desain untuk memperingati kebersamaan kami selama dua bulan, dan malam perpisahan karena gak mungkin lagi bisa makan bareng, kuliah bareng, dll bareng. Walau sebenarnya kami akan tetep bisa kumpul bareng di luar sana. Itu saja dulu blog. Sekali lagi, potongan-potongan ini akan lengkap. Semoga gak ada halang rintangan sampai certa ini sempurna, menyambung dan berkumpul berbentuk hati yang bersinar. Tak ada satu mozaikpun yang tertinggal.

Kisah ini akan selalu ada. Sekalipun tak terlihat layaknya aku menuliskannya padamu blog. Aku yakin kisah ini juga ada pada mereka. Aku hanya khawatir memori ini akan memudar dengan hadirnya keluarga-keluarga baru. Kedamaian-kedamaian baru. Gelap-gelap baru. dan Kebersamaan-kebersamaan baru. Cuma ini cara untuk mengabadikan sejarah, dengan menuliskannya. Satu hal, bertemu mereka adalah anugrah yang tak terhingga, dan aku yakin 7 miliar penduduk bumi ini tidak semuanya seberuntung aku dan 59 dari mereka. Karena itu,bersyukurlah.

to be a continue


0 komentar:

Social Profiles

Facebook

Translate

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified